
Dalam satu kesempatan, saya mendapat pencerahan tentang bagaimana membahagiakan orang tua dan membahagiakan keluarga sendiri (istri dan anak-anak). Perintah berbakti dan membalas budi baik kepada orang tua yang membesarkan kita banyak diungkapkan diberbagai kitab suci dan buku-buku. Islam bahkan memberikan penekanan lebih untuk berbakti kepada ibu yang telah dengan susah payah mengandung dan melahirkan kita. “Ibumu, ibumu, ibumu, ayahmu..” demikian Rasul pernah bersabda ketika ditanya seorang sahabat tentang siapa yang harus kita dahulukan.
Sebagai anak yang sekarang sudah berkeluarga, kadang waktu yang tersisa untuk orang tua semakin sedikit. Kesibukan menafkahi istri dan anak-anak kadang menyita waktu yang banyak sekali. Timbulah pertanyaan…, kapan saya bisa membalas budi baik orang tua? Kapan saya berbakti kepada orang tua? Adakah cara yang tepat untuk membahagiakan dan membalas jasa-jasa orang tua?
Ada banyak cara yang dilakukan oleh anak untuk membalas dan membahagiakan orang tuanya. Bisa dari segi materi, misalnya memberangkatkan orang tuanya beribadah haji, membelikan rumah, kendaraan, atau sekedar mengirim uang. Atau bisa juga dengan sering mengunjungi mereka, meluangkan waktu untuk bertemu mereka, atau sekedar menelepon mereka, menanyakan kesehatan mereka.
Namun, kadang semua itu belum tentu bisa kita lakukan. Waktu yang sempit karena sibuk bekerja, membuat saya pun jarang bertemu orang tua. Paling hanya sekedar menelepon. Pun dari segi materi, saya belum bisa memberi banyak untuk mereka, baik orang tua saya, maupun mertua. Tadi malam.., saya chatting dengan salah satu kawan saya, saya seolah diingatkan kembali bahwa penting sekali untuk terus membangun komunikasi dengan orang tua.
Memang dalam beberapa kesempatan, saya kadang dihadapkan pada satu kebimbangan, karena keterbatasan, saya kadang jadi bingung, mana yang jadi prioritas: membahagiakan dan membalas budi baik orang tua atau keluarga sendiri. Bersyukur, beberapa waktu yang lalu, akhirnya saya mendapatkan pencerahan.
Kini tidak ada lagi kebimbangan dalam diri saya, saya cukup mengerjakan satu hal saja: membahagiakan keluarga sendiri. Caranya, dengan memberikan yang terbaik bagi istri dan anak-anak, menunjukkan prestasi kerja/bisnis yang baik, serta berperilaku yang lebih baik lagi. Tunjukkan bahwa diri kita sukses membangun keluarga, sukses dalam kerja/bisnis, menjadi orang yang memilik prestasi yang baik, serta menjadi pribadi yang disukai banyak orang dan rendah hati.
Kalau memang materi dan waktu tidak cukup.., jangan terlalu memaksakan diri untuk membalas budi baik orang tua, sehingga justru melupakan kewajiban yang utama terhadap keluarga. Mengapa demikian, karena budi baik orang tua kita tidak bisa kita bayar dengan jumlah materi berapapun, bahkan dengan nyawa kita sendiri pun tidak akan pernah bisa terbayar. Jangan sampai kita menjadi merasa berdosa terus tidak bisa membalas kebaikan mereka kepada kita.
Saya sudah tahu, apa yang akan membuat Bapak, Mamah, Emak dan Mama (mertua) bahagia. Saya cukup menunjukkan saya berhasil membangun keluarga yang sukses. Saya tahu, mereka akan bahagia dan bangga ketika keluarga kami menjadi keluarga yang sukses. Kebahagiaan dan kesuksesan kami akan menjadi kebahagiaan dan kebanggaan mereka. Orang tua saya akan bahagia dan bangga karena saya sudah berhasil menjadi orang sukses membangun keluarga. Orang tua istri saya akan bahagia dan bangga anaknya menjadi istri seorang yang sukses, istri yang juga sukses membangun keluarga dan mengasuh anak-anak dengan penuh cinta kasih.
Disela menulis posting ini, saya menelpon Bapak saya, menanyakan kesehatan Bapak dan Mamah. Saya ngobrol agak lama dengan Bapak yang sedang berada di kantor koperasi PWRI. Mamah sering teringat saya katanya, takut beras yang dibawakan dari Garut sudah habis, sedangkan sekarang harga beras sedang mahal. Tanpa sadar.., handrest Macbook Pro saya ada tetesan air di atasnya.
Minggu ini, saya akan pulang lagi ke Garut, meminta maaf kepada orang tua saya, dan meminta doa restu dari mereka. Saya akan katakan, “Mah, Pa.., saya tidak akan mengecewakan Mamah dan Bapak!”
diambil dari :http://eepinside.com/?p=354 (terimakasi kang eep)
Some People Said :...
Pertanyaan Terselesaikan
Lihat lainnya »
Dahulukan ORTU apa ISTRI , klo kita dah MARRIED ??
temen gw sering bingung klo kepentingan ortu and istri datang bersamaan, dia minta sran ama gw .........................gw kan jomlo jadi ga bisa jawab........klo menurut temen2 gmana??
mnurut dia kaya makan buah SIMALAKAMA gitu.....
* 2 bulan lalu
Lapor Penyalahgunaan
chantika by chantika
Anggota sejak:
06 Juni 2008
Total poin:
371 (Level 2)
* Tambahkan ke Kontak Saya
* Blokir Pengguna
Jawaban Terbaik - Dipilih oleh Penanya
aku g setuju sama pepatah sibuah SIMALAKAMA.... yang penting tuh kalau menurut aku she tergantung pada sisi masalahnya apa???yang pasti kita juga harus pintar-pintar memilih mana yang penting dan mana yang g...yang pastinya jangan pernah menggap hal ini sebagai buah simalakama karena setiap permasalahan pst ada jalan keluarnya!!! Allah g kan mencoba umatnya dibatas kemampuannya....
seperti contoh istri meminta kita mengantar dia keruma ortunya cz ortunya lg sakit tp tanpa diduga orang tua kita meminta kita untuk mengantarkan dia pergi kerumah sanak keluarga,nah dari masalah ini anda tinggal diskusi dengan ortu+istri anda mana yang mesti didahulukan..
tp biasanya istri yang baik dan sholeh itukan lebih menghargai keputusan suaminya...
satu hal yang mesti anda tau sebenci-bencinya ortu sama kita tu ga bs hilangan garis keturunan kalau kita adalah anaknya....tp seorang istri tu ada selalu kata istilah apabila kita dah cerai yaitu bekas istri....jd jagan sampai salah langkahnya....dan ikuti kata hati anda...dan percayalah bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarya....
* 2 bulan lalu
taken from : http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080605165949AAP5Z4H
pesan
pengunjung
Followers
profile
Saturday, August 9, 2008
Pilih mana : Membahagiakan Orang Tua atau Keluarga
Label: Pengetahuan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)


0 komentar:
Post a Comment
Silahkan isi Pesan-Kesan: